Rabu, 21 Desember 2016

persoalan pendidikan menurut Fazlur Rahman



Persoalan Pendidikan Umat Islam Menurut Fazlur Rahman
Khairul Fikri
            Pengembangan ilmu pengetahuan merupakan hal yang harus senantiasa dilakukan oleh umat manusia. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemajuan ilmu pengetahuan dengan kemajuan peradaban manusia. Jika pengetahuan tidak berkembang maka akan berefek kepada kemunduran suatu peradaban.
            Islam merupakan agama yang menekankan betapa pentingnya pengetahuan. Al-Qur’an dan Sunnah banyak menjelaskan urgensi pengetahuan dan tingginya derajat manusia yang berilmu di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW mengatakan bahwa “menuntut ilmu itu wajib bagi setiap kamu muslimin”. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat mencela kebodohan karena akan berujung kepada kehancuran.
            Kenyataan bahwa Islam menempatkan ilmu pengetahuan dalam posisi yang tinggi, tampak berbeda dengan fakta empiris yang dirasakan oleh Fazlur Rahman, seorang tokoh pemikiran Islam berkebangsaan Pakistan. Ia melihat bahwa pendidikan Islam di abad pertengahan, khusunya di Pakistan, menghadapi berbagai problem. Sutrisno dalam disertasinya menambahkan bahwa menurut Rahman, diantara problem-problem pendidikan yang dihadapi umat Islam meliputi problem ideologis, dualisme dalam sistem pendidikan, bahasa dan problem metode pembelajaran.[1]
            Persoalan ideologi umat Islam menyebabkan semangat umat Islam dalam menuntut ilmu menjadi berkurang, mereka hanya terfokus kepada hal-hal yang dapat membela ideologi yang mereka yakini dan hal-hal yang bisa mengalahkan ideologi yang bertentangan dengan mereka, sehingga pengetahuan hanya dijadikan alat legitimasi semata. Persoalan ideologi juga berdampak kepada munculnya “dikotomi dan dualisme dalam sistem pendidikan”[2]. Dualisme ini berdampak kepada rendahnya kualitas para penuntut ilmu, sehingga membuat mereka tidak siap menghadapi tantangan zaman, khususnya zaman modern ini.
            Persoalan yang tidak kalah pentingnya adalah persoalan bahasa.[3] Bahasa yang merupakan jendela dunia, berperan penting dalam membantu para penuntut ilmu untuk menemukan ilmu yang lebih banyak lagi dan mengembangkan keilmuan yang mereka milliki. Kesadaran akan pentingnya bahasa yang masih minim di kalangan umat Islam menjadi salah satu penyebab lambatnya perkembangan keilmuan pada diri umat Islam.
            Keperihatinan Rahman terhadap pendidikan Islam tidak berhenti sampai di situ saja, Rahman juga menilai bahwa metode pembelajaran yang digunakan selama ini juga harus diperbaiki secara mendasar. Keperihatinan itulah yang menjadi latar belakang Rahman untuk berusaha memberikan solusi alternatif dalam memecahkan persoalan umat Islam.
            Pemikiran pendidikan Rahman berorientasi pada al-Qur’an. Etika al-Qur’an yang mencakup iman, islam dan taqwa merupakan pangkal pendidikan Islam yang harus dimiliki para penuntut ilmu. Karena dengan didasari oleh etika al-Qur’an ini, maka seluruh kemampuan atau potensi yang dimiliki penuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum, akan diarahkan untuk kemaslahatan kehidupan seluruh umat manusia.[4]
            Menurut saya, etika al-Qur’an inilah yang kurang dimiliki oleh kebanyakan penuntut ilmu di dunia, termasuk di Indonesia. Orientasi para penuntut ilmu saat ini, hanya sampai pada taraf profesi apa yang akan mereka peroleh setelah menamatkan studinya, kesuksesan menurut mereka dinilai dari tinggi rendahnya jabatan dan besar kecilnya gaji yang didapatkan. Masih sedikit ditemukan, penuntut ilmu yang mempunyai semangat untuk memberikan kemaslahatan kepada orang-orang disekitarnya.
            Kembali ke Fazlur Rahman. Dalam penafsiran al-Qur’an, Rahman menawarkan metode double movement (gerakan ganda). Metode double movement  ini juga dapat diterapkan dalam sistem pendidikan Islam.  Gerakan ganda yang dimaksud adalah gerakan dari guru ke murid dan dari murid ke guru.[5] Dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan pemaparan dari guru, tetapi murid juga dapat membaca, memahami, menganalisis, menulis, mengadakan eksperimen, dan proses-proses lainnya.
            Saya sangat mengapresiasi keperihatinan Rahman terhadap masalah pendidikan di kalangan umat Islam serta tawaran metode yang diberikannya, khususnya yang menurut penulis paling penting dalam metode yang ditawarkan itu adalah mendasari para penuntut ilmu dengan etika al-Qur’an.



[1] Sutrisno, Fazlur Rahman : Kajian terhadap Metode Epistemologi dan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 172.
[2] Sutrisno, Fazlur Rahman :Kajian..., hlm. 173.
[3] Sutrisno, Fazlur Rahman :Kajian..., hlm. 174.
[4] Sutrisno, Fazlur Rahman :Kajian..., hlm. 181.
[5] Sutrisno, Fazlur Rahman :Kajian..., hlm. 187.