Qira’at al-Qur'an Menurut Ignaz Goldziher
Ignaz
Goldziher lahir pada tahun 1850 di kota Skezfeherfar, Hungaria, dan wafat pada
tahun 1921. Ia berasal dari keluarga Yahudi. Di masa mudanya, ia sudah
mempelajari bahasa Ibrani, Turki dan Persia. Pendidikannya dimulai di
Budhapest, kemudian ia melanjutkan ke Berlin, dan Leipzig , tempat dimana ia
menyelesaikan program doktoralnya.[1]
Goldziher
merupakan salah satu pengkaji Islam awal yang menjadi rujukan oleh para Sarjana
Barat setelahnya. Ia disebut sebagai peletak dasar orientalisme Eropa awal. Ia
merupakan seorang sarjana yang menguasai
dan memahami sejarah Islam, hadis, bahasa Arab, tafsir, ilmu kalam dan fiqh.[2] Bahkan
dalam beberapa literatur disebutkan bahwa ia pernah hidup dan merasakan
bagaimana hidup di dunia Timur, seperti Mesir, Palestina dan Suriah.
Ignaz
memiliki banyak karya yang membahas tentang Islam. Salah satu karyanya yang
terkenal adalah Madzhahib al-Tafsir al-Islamiy yang sudah diterjemahkan
dengan judul Mazhab Tafsir : dari Klasik hingga Modern. Dalam karyanya
ini, Ignaz menyampaikan pemikiran-pemikiran kritisnya terkait dengan al-Qur'an.
Salah satu bahasan yang menarik untuk dikaji adalah perbedaan qira’at al-Qur'an.
Ignaz
mengatakan bahwa perbedaan qira’at menunjukkan ketidak-konsistenan
al-Qur'an. Ia juga menjelaskan perdebatan yang terjadi di kalangan para
sahabat, khususnya antara Abdullah bin Mas’ud dan Utsman bin Affan. Perbedaan
pandangan kedua sahabat ini terjadi setelah Utsman –yang menjabat sebagai
khalifah— membuat keputusan untuk memusnahkan mushaf selain dari satu mushaf
yang diakui oleh ‘Utsman, dan menjadikan mushaf tersebut sebagai mushaf resmi.[3]
Bahkan di awal pemaparannya dalam kitab Madzahib al-Tafsir al-Islamiy,
Ignaz sudah mengatakan bahwa setelah diwahyukan, proses penyebaran al-Qur'an
sangat kacau dan tidak pasti.[4]
Ignaz memberikan beberapa contoh yang menunjukkan perbedan bacaan al-Qur'an. Pertama,
perbedan dalam surat al-A’raf : 48,
وَنَادَىٰٓ
أَصۡحَٰبُ ٱلۡأَعۡرَافِ رِجَالٗا يَعۡرِفُونَهُم بِسِيمَىٰهُمۡ قَالُواْ مَآ أَغۡنَىٰ
عَنكُمۡ جَمۡعُكُمۡ وَمَا كُنتُمۡ تَسۡتَكۡبِرُونَ ٤٨
Sebagian
ulama qira’at membaca lafaz تستكبرون dengan bacaan تستكثرون.
Kedua,perbedaan cara baca yang terjadi dalam surat yang sama ayat 57,
وَهُوَ
ٱلَّذِي يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا …
Huruf ب pada kata بشرا diganti
dengan huruf ن, sehingga menjadi نشرا.[5] Tidak
hanya perbedaan dari segi huruf saja, Ignaz juga memberikan contoh-contoh
perbedaan dari segi harakat, dan kalimatnya. Banyaknya perbedaan cara baca dan
perselisihan yang terjadi di kalangan para sahabat dan ulama qira’at
inilah yang menjadi penyebab kenapa Ignaz mengatakan bahwa al-Qur'an merupakan
kitab suci yang tidak konsisten dan banyak polemik yang melingkupinya.
Pemikiran-pemikiran
yang disampaikan oleh Ignaz mendapat berbagai macam respon dari para sarjana,
baik sarjana Barat maupun sarjana Timur. Bantahan dari insider juga
banyak bermunculan. Beberapa sarjana Muslim membantah pendapat tersebut dengan
mengatakan bahwa kritikan tentang qira’at al-Qur'an yang dilontarkan
Ignaz hanya berdasarkan sumber tertulis saja, padahal penyebaran dan pengajaran
al-Qur'an dilakukan dengan tradisi oral yang berkembang saat itu. Kemudian,
beberapa contoh perselisihan qira’at yang dicantumkan oleh Ignaz
merupakan qira’at yang munkar dan tidak diakui oleh para sahabat
dan ulama.
Pemikiran
Ignaz ini merupakan salah satu contoh hasil kajian para outsider tentang
Islam dan al-Qur'an. Tulisan ini belum bisa mendeskripsikan secara keseluruhan
bagaimana kajian-kajian yang dilakukan oleh para oursider terkait
keilmuan Islam. Karena kajian Barat terhadap Islam memiliki sejarah yang sangat
panjang, mulai dari kajian yang bernuansa polemis, kemudian adanya keseimbangan
antara Timur dan Barat walaupun masih terdapat arogansi dari masing-masing
pihak, sampai kepada terjalinnya kerjasama antara insider dengan outsider
dalam mengkaji Islam sehingga terjadi perkembangan pemikiran dan kajian
yang sudah interdisipliner.
[1]
Almakin, Antara Barat dan Timur : Hegemoni, Relasi, Dominasi dan
Globalisasi, (Yogyakarta : Suka-Press, 2017), hlm. 76.
[2]
Almakin, Antara Barat dan Timur..., hlm. 77.
[3]
Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir : dari Klasik hingga Modern, terj. M.
Alaika Salamullah, dkk., (Yogyakarta : eLSAQ Press, 2010), hlm. 16-20.
[4]
Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir..., hlm. 4.
[5]
Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir..., hlm. 9.