Selasa, 13 Juni 2017

qiraat al-quran menurut ignaz goldziher



Qira’at al-Qur'an Menurut Ignaz Goldziher

            Ignaz Goldziher lahir pada tahun 1850 di kota Skezfeherfar, Hungaria, dan wafat pada tahun 1921. Ia berasal dari keluarga Yahudi. Di masa mudanya, ia sudah mempelajari bahasa Ibrani, Turki dan Persia. Pendidikannya dimulai di Budhapest, kemudian ia melanjutkan ke Berlin, dan Leipzig , tempat dimana ia menyelesaikan program doktoralnya.[1]
            Goldziher merupakan salah satu pengkaji Islam awal yang menjadi rujukan oleh para Sarjana Barat setelahnya. Ia disebut sebagai peletak dasar orientalisme Eropa awal. Ia merupakan  seorang sarjana yang menguasai dan memahami sejarah Islam, hadis, bahasa Arab, tafsir, ilmu kalam dan fiqh.[2] Bahkan dalam beberapa literatur disebutkan bahwa ia pernah hidup dan merasakan bagaimana hidup di dunia Timur, seperti Mesir, Palestina dan Suriah.
            Ignaz memiliki banyak karya yang membahas tentang Islam. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Madzhahib al-Tafsir al-Islamiy yang sudah diterjemahkan dengan judul Mazhab Tafsir : dari Klasik hingga Modern. Dalam karyanya ini, Ignaz menyampaikan pemikiran-pemikiran kritisnya terkait dengan al-Qur'an. Salah satu bahasan yang menarik untuk dikaji adalah perbedaan qira’at al-Qur'an.
            Ignaz mengatakan bahwa perbedaan qira’at menunjukkan ketidak-konsistenan al-Qur'an. Ia juga menjelaskan perdebatan yang terjadi di kalangan para sahabat, khususnya antara Abdullah bin Mas’ud dan Utsman bin Affan. Perbedaan pandangan kedua sahabat ini terjadi setelah Utsman –yang menjabat sebagai khalifah— membuat keputusan untuk memusnahkan mushaf selain dari satu mushaf yang diakui oleh ‘Utsman, dan menjadikan mushaf tersebut sebagai mushaf resmi.[3] Bahkan di awal pemaparannya dalam kitab Madzahib al-Tafsir al-Islamiy, Ignaz sudah mengatakan bahwa setelah diwahyukan, proses penyebaran al-Qur'an sangat kacau dan tidak pasti.[4] Ignaz memberikan beberapa contoh yang menunjukkan perbedan bacaan al-Qur'an. Pertama, perbedan  dalam surat al-A’raf : 48,
وَنَادَىٰٓ أَصۡحَٰبُ ٱلۡأَعۡرَافِ رِجَالٗا يَعۡرِفُونَهُم بِسِيمَىٰهُمۡ قَالُواْ مَآ أَغۡنَىٰ عَنكُمۡ جَمۡعُكُمۡ وَمَا كُنتُمۡ تَسۡتَكۡبِرُونَ ٤٨
            Sebagian ulama qira’at membaca lafaz تستكبرون dengan bacaan تستكثرون. Kedua,perbedaan cara baca yang terjadi dalam surat yang sama ayat 57,
وَهُوَ ٱلَّذِي يُرۡسِلُ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا
Huruf ب pada kata بشرا diganti dengan huruf ن, sehingga menjadi نشرا.[5] Tidak hanya perbedaan dari segi huruf saja, Ignaz juga memberikan contoh-contoh perbedaan dari segi harakat, dan kalimatnya. Banyaknya perbedaan cara baca dan perselisihan yang terjadi di kalangan para sahabat dan ulama qira’at inilah yang menjadi penyebab kenapa Ignaz mengatakan bahwa al-Qur'an merupakan kitab suci yang tidak konsisten dan banyak polemik yang melingkupinya.
            Pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh Ignaz mendapat berbagai macam respon dari para sarjana, baik sarjana Barat maupun sarjana Timur. Bantahan dari insider juga banyak bermunculan. Beberapa sarjana Muslim membantah pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa kritikan tentang qira’at al-Qur'an yang dilontarkan Ignaz hanya berdasarkan sumber tertulis saja, padahal penyebaran dan pengajaran al-Qur'an dilakukan dengan tradisi oral yang berkembang saat itu. Kemudian, beberapa contoh perselisihan qira’at yang dicantumkan oleh Ignaz merupakan qira’at yang munkar dan tidak diakui oleh para sahabat dan ulama.  
            Pemikiran Ignaz ini merupakan salah satu contoh hasil kajian para outsider tentang Islam dan al-Qur'an. Tulisan ini belum bisa mendeskripsikan secara keseluruhan bagaimana kajian-kajian yang dilakukan oleh para oursider terkait keilmuan Islam. Karena kajian Barat terhadap Islam memiliki sejarah yang sangat panjang, mulai dari kajian yang bernuansa polemis, kemudian adanya keseimbangan antara Timur dan Barat walaupun masih terdapat arogansi dari masing-masing pihak, sampai kepada terjalinnya kerjasama antara insider dengan outsider dalam mengkaji Islam sehingga terjadi perkembangan pemikiran dan kajian yang sudah interdisipliner.


[1] Almakin, Antara Barat dan Timur : Hegemoni, Relasi, Dominasi dan Globalisasi, (Yogyakarta : Suka-Press, 2017), hlm. 76.
[2] Almakin, Antara Barat dan Timur..., hlm. 77.
[3] Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir : dari Klasik hingga Modern, terj. M. Alaika Salamullah, dkk., (Yogyakarta : eLSAQ Press, 2010), hlm. 16-20.
[4] Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir..., hlm. 4.
[5] Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir..., hlm. 9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar